Dibesarkan sebagai seorang anak kota dari sebuah keluarga pedagang, hidup tidaklah terlalu susah. Sesibuk-sibuknya ibu yang mempunyai sebuah toko kain di pusat pasar, beliau masih sempat berbelanja untuk keperluan dapur walaupun tidak setiap hari. Beliau mempunyai beberapa pembantu rumah tangga yang bertugas memasak, mengerjakan tugas-tugas rumah dan mengurus kami, delapan orang anak. Kalau ibu tidak sempat, ibu memberikan perintah tentang menu yang harus dimasak oleh pembantu pada hari itu dan memerintahkan bahan-bahan utama apa yang harus dibeli dari pasar.
Pada akhir pekan, biasanya ibu mengajak saya, putri tertuanya, untuk menemaninya berbelanja ke pasar. Terkadang saya merasa malas untuk pergi bersama ibu. Kami tidak hanya berbelanja keperluan dapur tetapi juga berbelanja macam-macam keperluan dari sepatu, keperluan sekolah hingga pakaian bak layaknya orang yang berbelanja di pusat perbelanjaan saat ini. Sebagai upah saya menemani ibu, kami pasti singgah di tempat penjualan makanan seperti ‘food court’-nya dan makan di sana. Yang paling sering adalah makan ‘mi pangsit’ (noodle soup with wonton). Ini juga yang membuat hubungan saya dengan ibu dekat.
Satu hal yang menarik adalah menjelang hari-hari penting umat Kristen seperti Hari Paskah, Hari Natal dan Tahun Baru, ibu pasti membeli bunga segar di pasar. Tapi beliau tidak pernah merangkai bunga-bunga yang dibeli itu. Jikalau tidak saya maka pembantu yang menaruhnya di vas bunga.
Biasanya, saya senang sekali melihat bunga di vas yang diletakkan di atas meja tamu di ruang duduk. Apalagi kalau bunga-bunga tersebut harum baunya. Kalau sudah layu, maka bunga-bunga yang menghiasi rumah adalah bunga artifisial yang sering disebut dengan ‘bunga plastik’.
Sesungguhnya saya tidak pernah berpikir untuk membenci bunga plastik, hingga pada suatu hari saya menonton acara televisi Oprah Winfrey di mana dia mengatakan bahwa dia benci rangkaian bunga artifisial. Katanya, kalau tidak ada bunga segar, lebih baik menghias meja, pada khususnya meja makan atau meja dapur, dengan jeruk lemon.
Wah! Sejak saat itu, saya pun ikut-ikutan tidak menyukai rangkaian bunga artifisial walaupun zaman sekarang bunga-bunga artifisial banyak yang cantik sekali dan tidak terbuat dari plastik lagi tetapi kain sutra.
Untunglah saya sekarang tinggal di Melbourne. Walaupun memerlukan banyak tenaga dan biaya, berkebun bunga di Melbourne sangat memuaskan karena tanaman yang ditanam jarang mati dan berbunga. Saya senang merangkai bunga sederhana di vas untuk meja makan di rumah. Tidak harus membeli bunga segar dari toko ataupun pasar. Cukup menggunakan bunga yang ada di halaman rumah.