“Kenapa kamu pincang?” tanya si Kancil kepada si Kambing.
“Dilempar Pak Boim dengan kayu karena aku masuk ke ladangnya,” jawab si Kambing.
“Jangan sedih!” kata si Kancil. “Aku punya akal agar kamu tidak diganggu pada waktu mencari makanan di sana.”
“Betul, Cil? Ah, kamu memang sahabatku yang baik. Bagaimana caranya?”
“Pakailah pakaian kulit harimau!” Karena kamu disangka harimau, Pak Boim akan lari pontang-panting.”
“Wah, sulit! Bagaimana aku dapat mencari kulit harimau?”
“Mari, ikut aku!” ajak si Kancil.
Pak Kadir kemarin menembak harimau. Kulitnya dijemur di belakang rumah. Dengan segera diambilnya kulit harimau yang dijemur itu.
“Nah, sekarang aku mau pulang,” kata si Kancil.
“Nanti malam kamu boleh ke ladang Pak Boim. Makanlah sepuas-puasnya!”
Malam itu Pak Boim pergi ke ladangnya. Hari terang bulan.
“Ha, apa itu?” pikir Pak Boim. Seekor harimau masuk ke ladang dengan perlahan-lahan. Pak Boim sangat takut, dia hendak berlari. Tetapi, ditetapkannya hatinya. Dia memperhatikan harimau itu.
“Heran,” pikir Pak Boim, “seekor harimau makan tanaman muda? Astaga, harimau bertanduk? Berjanggut pula?”
Sekujur badan Pak Boim gemetar. Dia sangat ketakutan.
Tiba-tiba, harimau itu menoleh ke arah Pak Boim.
Apa yang terjadi?
Harimau itu berpaling, lalu lari pontang-panting.
Melihat itu Pak Boim tidak ketakutan lagi.
Dikejarnya harimau itu, lalu dilemparkan tombaknya ke arah harimau palsu.
Harimau palsu jatuh tersungkur, kemudian berlari tunggang-langgang.
Jawablah!
1. Ceritakan sifat-sifat tokoh cerita binatang di atas!
2. Baikkah perbuatan si Kancil? Jelaskan!